BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari
berbagai penjelasan para ahli manajemen yang mendefinisikan sebagai dasar untuk
melakukan kajian terhadap masalah yang ingin diteliti serta memberikan batasan
secara umum, sehingga tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Adapun landasan
teori dalam penulisan ini adalah:
1
Perilaku Konsumen
1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumen telah menjadi pusat perhatian pemasar,
karena konsumen yang memutuskan apakah ia akan membeli atau tidak sebagaimana
yang dinyatakan oleh Peter dan Austin (dalam Engel dkk 1990) yang menyebutkan
bahwa “ Dalam sektor swasta atau
publik, dalam perusahaan besar atau kecil, kami mengamati bahwa hanya ada dua
cara untuk menciptakan dan mempertahankan prestasi unggul dalam waktu yang
lama. Pertama, beri perhatian luar biasa kepada pelanggan anda lewat pelayanan
yang unggul dan kualitas yang unggul. Kedua, teruslah berinovasi, itu saja ”.
Pendapat diatas menekankan betapa pentingnya konsumen untuk diperhatikan dan
dilayani dengan sebaik-baiknya. (Sumarwan, 2002:24)
Loudon dan Bitta (dalam Sumarwan, 2002: 25)
menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan
aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, dan menghabiskan
barang atau jasa.
Sciffman
dan Kanuk (dalam Sumarwan, 2002:25) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
berikut, ”The term consimer behavior
refers to the behavior that consumers display in searching for, purchasing,
using evaluating, and disposing of products and services that they expect will
satisfy their needs”. Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku
yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka.
Menurut Mowen dan Minor
(2001:6), ” perilaku konsumen (consumer
behavior) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta
ide-ide”.
Engel dkk (1993:3)
mengartikannya sebagai ”We define
consumer behavior as those activities directly involved in obtaining,
consuming, and disposing of productsand services, including the decision
processes that precede and follow these action (hal.4)”. Kami
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Basu Swasta dan T. Hani
Handoko, (2002:9) mendefinisikan “Perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan–kegiatan tersebut”.
Dari
definisi perilaku konsumen diatas dapat disimpulkan adanya dua elemen penting
dalam perilaku konsumen yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik,
dimana dalam kedua hal tersebut individu mengevaluasi, memperoleh, menggunakan
atau tidak menggunakan lagi barang dan jasa.
1.2 Model
Perilaku Konsumen
Dalam
studi perilaku konsumen, perlu adanya model perilaku konsumen. Dua tujuan utama
dari sebuah model, yaitu untuk mengembangkan teori dalam penelitian perilaku
konsumen dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai
perilaku konsumen (Mangkunegara, 2002:21).
Menurut
Mangkunegara (2002:21) “Model perilaku konsumen adalah suatu skema atau
kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas
konsumen”.
Menurut Zaltman dan Wallendorf (dalam Mangkunegara,
2002:21), a model is a representation of
something (in our case, a process). Suatu model adalah sesuatu yang
mewakili sesuatu dalam hal ini adalah suatu proses.
Mangkunegara (2002:22) juga
menjelaskan jika model perilaku konsumen memiliki beberapa fungsi sebagai
berikut:
a. Deskriptif, yaitu fungsi yang berhubungan
dengan pendalaman mengenai langkah-langkah yang diambil konsumen dalam
memutuskan suatu penelitian membeli.
b. Prediksi, yaitu meramalkan
kejadian-kejadian dari aktivitas-aktivitas konsumen pada waktu yang akan
datang.
c. Explanation, yaitu mempelajari sebab-sebab dari
beberapa aktivitas pembelian, seperti mempelajari mengapa konsumen sering
membeli barang dagangan dengan merek yang sama. Apakah itu merupakan kebiasaan ataukan karena
mereka menyukai merek tersebut?
d. Pengendalian, yaitu mempengaruhi dan
mengendalikan aktivitas-aktivitas konsumen pada masa yang akan datang.
Dari kedua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model perilaku konsumen adalah
keseluruhan aktivitas-aktivitas konsumen yang disederhanakan menjadi bentuk
kerangka kerja atau skema. Tujuan model perilaku konsumen adalah
mengembangkan teori dan penelitian serta mempermudah mempelajari perilaku
konsumen. Fungsinya terdiri atas deskriptif, prediktif, explanation, dan pengendalian.
Adapun model-model perilaku Konsumen menurut para
ahli adalah sebagai berikut :
1. Model Engel, Blackwell dan Miniard
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Engel Dkk, 1993
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Engel, Blackwell, dan Miniard
Menurut
Mangkunegara (2002:31) model perilaku konsumen di atas menunjukkan komponen
proses pengambilan keputusan ada lima tahap yaitu:
a. Pengenalan masalah (problem recognition)
Pengenalan masalah terjadi bilamana konsumen menyadari perbedaan di antara
situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan. Hal ini dapat terjadi dalam
aktivitas internal dari motif.
b. Penelusuran informasi (information search)
Aktivitas pada tahap ini meliputi kecepatan dan keluasan dalam menimbulkan
kembali informasi yang ada pada memori dan pengalaman-pengalaman mengenai
masalah. Informasi tersebut dalam bentuk keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
konsumen terhadap suatu merek yang kuat menjadi pilihan dan terjadi kegiatan
pembelian secara rutin. Dalam tahap ini terjadi pula pemrosesan informasi (information processing).
c. Evaluasi alternatif (alternative evaluation)
Meliputi membandingkan informasi tentang merek melalui proses penelusuran
kriteria evaluasi. Dalam hal ini pertimbangan suatu produk sudah ada dalam
memori konsumen.
d. Pilihan (choice)
Pada bagan ditunjukkan pula kebiasaan memilih (choice) dari kekuatan niat membeli. Pilihan konsumen akan
menentukan outcome.
e. Hasil (outcome)
Telah disebutkan di atas bahwa pilihan konsumen akan menentukan outcome apakah konsumen menjadi puas (satisfaction) atau tidak puas (dissatisfaction) sebagai pengalaman
langsung dalam menggunakan suatu merek. Hasilnya juga dapat terjadi dissonance, tidak cocok, apabila merek
tersebut tidak sesuai dengan pilihannya.
Beberapa pengaruh eksternal lainnya adalah nilai dan norma budaya yang
berlaku (cultural norms and values).
Begitu pula gaya hidup dapat mempengaruhi kriteria evaluasi dalam
mempertimbangkan suatu produk. Faktor lainnya adalah kelompok anutan atau
teladan (reference group) dan anggota
keluarga.
Berdasarkan
teori di atas, disimpulkan jika model perilaku konsumen Engel, Blackwell, dan
Miniard mencakup semua aspek yang dipelajari dari perilaku konsumen, khususnya
proses pengambilan keputusan konsumen. Sehingga dalam penelitian ini, digunakan
model perilaku konsumen Engel, Blackwell, dan Miniard.
2. Model Perilaku Konsumen
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller
Kotler dan Keller
(2007:225-226) menyebutkan bahwa, “Perilaku konsumen berupa rangsangan dan
tanggapan”. Rangsangan dan tanggapan ini dilakukan unutk mengetahui reaksi
konsumen terhadap berbagai bentuk rangsangan yang dilakukan perusahaan.
Rangsangan-rangsangan tersebut antara lain rangsangan pemasaran dan rangsangan
lingkungan. Seperti gambar dibawah ini :
|
Gambar 2.2:
Model Perilaku Konsumen Kotler & Keller
3. Model perilaku konsumen Henry Assael
Henry
Assael menunjukkan model perilaku konsumen yang sederhana (dalam Amirullah,
2002:28) yaitu proses dan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian. Seperti tampak pada model perilaku konsumen
gambar 2.3
Gambar
2.3 : Model Perilaku Konsumen Henry
Assael
Terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor
pertama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah konsumen individual yang
berupa kebutuhan, persepsi, gaya hidup demografis, dan kepribadian. Faktor
kedua menyangkut pengaruh lingkungan yaitu komponen yang berada diluar
kepribadian konsumen, misal teman, tetangga, dan atasan. Faktor ketiga yaitu
strategi pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi dan distribusi atau
biasa disebut dengan istilah bauran pemasaran (marketing mix).
Perilaku pembelian konsumen atau keputusan pembelian
konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor pemasaran maupun faktor
lainnya. seperi faktor ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Faktor
pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan, promosi perpengaruh
kuat terhadap keputusan pembelian konsumen, karena setiap keputusan pembelian
yang dilakukan, konsumen akan melihat pada sisi produk, harga, maupun
distribusi dan promosi yang dilajankan oleh perusahaan. Konsumen akan membeli
suatu produk yang bermanfaat bagi dirinya dengan harga yang terjangkau. Suatu
produk yang memiliki kualitas yang unggul tidak akan ada artinya jika konsumen
tidak mengetahui akan keberadaan produk atau tidak ada promosi yang gencar/
menarik dari perusahaan. Pendistribusian suatu produk juga berpengaruh terhadap
keberadaan barang yang ada dipasaran (Swasta, 1997:85)
Berdasarkan
teori dan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model perilaku
konsumen Engel, Blackwell dan Miniard mencakup keseluruhan aspek yang
dipelajari dari perilaku konsumen, khususnya proses pengambilan keputusan
konsumen. Sehingga dalam penelitian ini, digunakan model perilaku konsumen
Engel, Blackwell, dan Miniard.
1.3 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Beberapa
pendapat dari para ahli mengemukakan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pembelian yang dilakukan konsumen dalam kegiatan konsumsinya, yaitu :
1. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2007:214-222) terdiri atas:
a).
Pengaruh Budaya
Budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan
paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli.
b).
Pengaruh Sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh
faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial dari
konsumen
c).
Pengaruh Pribadi
Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh usia dan
tahap siklus hidup pembeli, pekejaan dan lingkungan ekonomi, kepribadian,
konsep diri serta gaya hidup dan nilai.
d). Pengaruh Psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran,
serta kepercayaan dan sikap.
2. Menurut Engel dkk
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Engel dkk (1993:186-198) adalah
bahwa pengaruh yang mendasari perilaku konsumen dapat diketegorikan menjadi
tiga kategori yaitu:
a). Pengaruh Lingkungan
Konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks. Perilaku proses keputusan
mereka dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan
situasi.
b). Perbedaan dan Pengaruh
Individual
Kini kita beranjak dari lingkungan luar ke faktor internal yang
menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh
sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan
kepribadian, gaya hidup, dan demografi.
c). Pengaruh Proses Psikologi
Pengolahan informasi manusia, pembelajaran, dan perubahan sikap semua
merupakan minat utama dari penelitian konsumen.
3. Menurut Henry Assael
Assael (dalam Amirullah, 2002:28-35) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
a). Pengaruh Konsumen Individu
Pemilihan terhadap produk atau merek dipengaruhi oleh
kebutuhan konsumen, persepsi terhadap karakteristik produk atau merek dan sikap
konsumen terhadap produk atau merek.
b). Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi pembelian seseorang
konsumen adalah kultur, kelas sosial, keluarga atau masyarakat dan situasi saat
ini.
c). Pengaruh Strategi Pemasaran
Variabel-variabel yang berpengaruh dari strategi
pemasaran adalah produk, harga, promosi, dan distribusi atau yang biasa disebut
dengan bauran pemasaran (marketing mix). Pemasar harus mendapatkan
informasi tentang tanggapan konsumen terhadap strategi pemasarannya untuk
mengevaluasi kesempatan pasar sebelum mereka mengembangkan strategi
pemasarannya yang baru.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu Faktor
Internal yaitu faktor yang berasal dari pribadi konsumen dan Faktor Eksternal
yaitu faktor lingkungan dan Faktor Strategi Pemasaran.
2. Proses
Pengambilan Keputusan Pembelian
Setiap
konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian,
penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu. Berbagai
macam keputusan mengenai aktivitas kehidupan seringkali harus dilakukan oleh
setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau
setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan. Disiplin
perilaku konsumen berusaha mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan
dan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. (Sumarwan, 2002:289)
Schiffman
dan Kanuk (dalam ujang, 2002:289) mendefinisikan “Suatu keputusan sebagai
pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative. Seorang
konsumen yang hendak melakukan pilihan maka harus memiliki pilihan alternatif”.
Menurut Assuari (1996:130) mendefinisikan “Keputusan pembelian adalah
suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa
yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh
dari kegiatan-kegiatan sebelumnya“.
Adapun proses pengambilan keputusan
pembelian menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller
Ada beberapa tahapan dalam proses
keputusan pembelian menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:235-243) seperti
gambar dibawah ini :
Sumber : Kotler & Keller (2007:235)
Gambar 2.4
: Proses Keputusan Pembelian
a. Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan
mengenal masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan keadaan
sebenarnya dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh
rangsangan dari dalam diri pembeli, misalnya rasa haus dan lapar. Kebutuhan ini
akan semakin meningkat hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan timbul
dorongan untuk bertindak. Kebutuhan yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
pembeli atau rangsangan eksternal misalnya seseorang yang mengagumi mobil baru
tetangganya, maka orang tersebut akan memiliki keinginan untuk mencoba mobil
tersebut. Pengenalan masalah dapat diukur dengan menggunakan dimensi Kebutuhan dan Keinginan.
b. Pencarian Informasi.
Seorang akan tergugah niatnya jika dorongan pelanggan
kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhanya tersedia, pelanggan akan
membeli obyek tersebut. Keaktifan pelanggan dalam mencari informasi sangat
tergantung pada kekuatan dorongan kebutuhan atau keinginannya. Pengukuran
pencarian informasi dapat menggunakan dimensi sumber informasi konsumen yang terdiri
dari empat kelompok yaitu:
1). Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan
2). Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, pedagang perantara,
kemasan, dan pajangan
3). Sumber publik :
Media masa, organisasi
4). Sumber pengalaman : Penanganan, pemeriksaan,
pengguna produk.
c. Evaluasi Alternatif.
Dalam tahap ini pelanggan
membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Tidak ada proses
evaluasi tunggal yang sederhana yang digunakan oleh pelanggan atau oleh seorang
pelanggan dalam situasi pembelian. Model proses evaluasi pelanggan yang ada
sebagian besar bersifat kognitif yaitu menganggap pelanggan membentuk penilaian
atas produk terutama berdasarkan kesadaran atau rasional. Adapun dimensi yang
digunakan untuk mengukur evaluasi alternatif adalah penentuan tujuan, Penilaian
dan seleksi pilihan alternatif.
d. Keputusan Pembelian.
Kemampuan
konsumen didalam memutuskan dari setiap komponen pembelian yang sudah diseleksi
dan dijadikan pilihan alternatif. Terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk melakukan pembelian yaitu :
1). Faktor
pertama adalah pendirian orang lain.
Sejauh mana pendirian orang lain mengurangi
alternative yang disukai seseorang akan tergantung pada dua hal yaitu :
intensitas pendirian negative orang lain terhadap alternative yang disukai oleh
pelanggan dan motivasi pelanggan untuk menuruti keinginan orang lain.
2). Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.
Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian,
misalnya seorang calon pelanggan akan membeli suatu produk, tetapi karena
pelayanan toko yang tidak memuaskan maka calon pembeli tersebut akan
membatalkan pembelian. Jadi, preferensi dan bahkan niat pembelian bukanlah
peramal perilaku yang benar-benar handal.
Adapun dimensi yang digunakan untuk keputusan
pembelian adalah Pilihan produk, Pilihan Merek, pilihan dealer, jumlah
pembelian, saat yang tepat melakukan pembelian dan metode pembayaran.
e. Perilaku pasca pembelian.
Pelanggan akan mengalami beberapa
tingkat kepuasan dan ketidakpuasan setelah melakukan pembelian. Tugas pemasar
belum selesai setelah produk dibeli oleh pelanggan, namun akan berlangsung
terus hingga periode waktu pasca pembelian. dimensi yang digunakan adalah
kepuasan atau ketidakpuasan.
2. Menurut Engel dkk
Proses
Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Engel dkk (1993:198-206) ada
lima tahap yaitu:
a. Pengenalan Masalah (problem recognition)
Pengenalan masalah terjadi bilamana konsumen menyadari perbedaan di antara
situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan. Adapun dimensi yang digunakan
didalam pengukuran pengenalan masalah adalah aktivitas internal dari motif
meliputi waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan
individu dan pengaruh pemasaran.
b. Penelusuran Informasi (information
search)
Aktivitas pada tahap ini meliputi kecepatan dan keluasan dalam menimbulkan
kembali informasi yang ada pada memori dan pengalaman-pengalaman mengenai
masalah. Informasi tersebut dalam bentuk keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
konsumen terhadap suatu merek yang kuat menjadi pilihan dan terjadi kegiatan
pembelian secara rutin. Dalam tahap ini terjadi pula pemrosesan informasi (information processing), pengukuran
penelusuran informasi dapat menggunakan dimensi kepercayaan, sikap dan minat.
c. Evaluasi Alternatif (alternative
evaluation)
Meliputi membandingkan informasi tentang merek melalui proses penenlusuran
kriteria evaluasi. Dalam hal ini pertimbangan suatu produk sudah ada dalam
memori konsumen. Adapun dimensi yang dibuat ukuran adalah Penetapan tujuan pembelian
dan seleksi pilihan alternatif.
d. Pilihan (choice)
Kebiasaan konsumen didalam memilih (choice)
dari kekuatan niat membeli. Pilihan konsumen akan menentukan outcome. Adapun dimensi yang digunakan
adalah apakah melakukan pembelian atau tidak melakukan melakukan pembelian.
e. Hasil (outcome)
Telah disebutkan di atas bahwa pilihan konsumen akan menentukan outcome apakah konsumen menjadi puas (satifaction) atau tidak puas (dissatifaction) sebagai pengalaman
langsung dalam menggunakan suatu merek. Hasilnya juga dapat terjadi dissonance, tidak cocok, apabila merek
tersebut tidak sesuai dengan pilihannya. Adapun dimensi yang digunakan adalah
kepuasan atau ketidakpuasan.
3. Menurut Ujang Sumarwan
Proses pengambilan keputusan
pembelian menurut Ujang Sumarwan (2002:294-304) tahapan proses keputusan
pembelian terbagi sebagai berikut :
a. Pengenalan Kebutuhan
Suatu keadaan dimana terdapat
perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya
terjadi. Adapun dimensi yang
digunakan adalah : waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk,
perbedaan individu dan pengaruh pemasaran.
b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi mulai dilakukan
ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli
dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan
di dalam ingatannya (pencarian Internal) dan mencari informasi dari luar
(Pencarian Eksternal) seperti yang
dijelaskan dibawah ini :
1. Pencarian Internal
Mengingat kembali semua informasi yang ada dalam ingatan (memori)nya.
Proses pencarian informasi secara internal dari memori konsumen dapat
digambarkan dan dijelaskan gambar 2.6 dibawah ini :
|
Sumber : Mowen dan Minor (dalam ujang 2002:297)
Gambar 2.5 : Proses Pencarian Internal
a). Konsumen akan berusaha mengingat semua produk dan merek. Konsumen akan
mendapatkan beberapa produk dan merek yang sangat dikenalnya, namun konsumen
juga akan mengingat beberapa produk atau merek tetapi tidak dikenalnya secara
baik. Produk dan merek yang diingat tersebut akan muncul dalam memori jangka
panjangnya.
b). Konsumen akan berfokus kepada produk dan merek yang sangat dikenalnya.
Ia akan membagi produk dalam tiga kategori :
1). Kelompok yang dipertimbangkan (Consedaration
Set atau Evoked Set) yaitu,
kumpulan produk atau merek yang dipertimbangkan lebih lanjut.
2). Kelompok yang tidak berbeda (Inern
Set ) yaitu, kumpulan produk atau merek yang dipandang tidak berbeda satu
sama lain.
3). Kelompok yang ditolak yaitu kelompok produk atau merek yang tidak bisa
diterima
2. Pencarian Eksternal
Proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian
maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen. Konsumen akan bertanya kepada
teman, saudara, tetangga atau tenaga penjual dan konsumen akan membaca kemasan,
surat kabar, majalah konsumen, melihat dan mendengar berbagai iklan dst. Adapun
dimensi yang digunakan dalam pencarian informasi eksternal adalah sebagai
berikut : Besarnya pencarian, Arah pencarian dan Urutan pencarian
c. Evaluasi Alternatif
Proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan
memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi
alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan
masalah yang dihadapi. Proses ini pada akhirnya akan membentuk kepercayaan,
sikap dan intensinya mengenai alternatif produk yang dipertimbangkan tersebut.
Evaluasi alternative dapat dilihat dari pertimbangan : Harga, Merek dan Asal
Negara
d. Menentukan Alternatif
Pilihan
Pada proses evaluasi kriteria,
konsumen akan mendapatkan sejumlah merek yang dipertimbangkan. Konsumen akan
mengurangi jumlah alternatif merek yang akan dipertimbangkan lebih lanjut.
Konsumen akan membagi merek dalam tersebut ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
Kelompok merek yang tidak berbeda , Kelompok produk yang dinilai negative dan Kelompok
yang dipertimbangkan. Ketiga kelompok tersebut akan menentukan dimensi yang
digunakan yaitu kelompok merek yang tidak berbeda (sama), kelompok produk yang
dinilai negatif dan kelompok produk yang dievaluasi selanjutnya dijadikan
pilihan alternatif.
e. Menentukan Pilihan
Produk
Konsumen akan menentukan
produk atau merek yang akan dipilihnya. Proses pemilihan alternatif tersebut
akan menggunakan beberapa teknik pemilihan, yaitu Decision Rules adalah teknik yang digunakan konsumen dalam memilih
alternatif produk atau merek. Teknik pemilihan terbagi ke dalam dua teknik
utama yaitu kompensatori dan non-kompensantori.
Berdasarkan definisi dan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses
pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan
dibeli atau tidak dalam melakukan pembelian. Sedangkan keputusan pembelian yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah serangkaian proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh konsumen dalam rangka memilih suatu barang/produk, dalam
hal ini adalah produk motor
Honda Spacy yang
digunakan untuk pemenuh kebutuhan. Adapun indikator yang digunakan untuk
mengukur keputusan pembelian adalah sebagai berikut :
1.
Pengenalan Masalah
Dimensi yang digunakan dan disesuaikan
dengan penelitian ini menurut Engel dkk (1993)
sebagai berikut :
a. Waktu
Kondisi atau keadaan dimana seseorang
membutuhkan alat pemuas kebutuhan sebagai pemenuh kebutuhan.
b. Perubahan situasi
Kondisi dimana
seseorang mengalami hal yang berbeda dari sebelumnya. Seperti halnya konsumen
yang semula tidak menginginkan sebuah motor mungkin akan menghabiskan waktu
untuk hal yang lain. Tetapi setelah konsumen mempunyai keinginan untuk membeli motor
maka dia akan menyisihkan sebagian waktunya untuk mencari informasi terkait
dengan produk motor.
2.
Pencarian Informasi
Dimensi yang digunakan dan disesuaikan
dengan penelitian ini menurut Ujang Sumarwan (2002) adalah sebagai berikut :
a. Pencarian Internal
Mengingat kembali semua informasi yang ada dalam ingatan
(memori)nya.
b.
Pencarian Eksternal
Proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan
merek kepada lingkungan konsumen. Pencarian eksternal dalam penelitian ini
diukur menggunakan dimensi Arah Pencarian informasi yaitu mencari informasi
dari sumber yang terkait seperti :
1). Sumber Terdekat
: Keluarga, Teman, dan Tetangga.
2). Sumber
Komersial : Iklan, Wiraniaga dan Media Massa
3.
Evaluasi berbagai Alternatif
Dimensi yang digunakan dan disesuaikan
dengan penelitian ini menurut Engel dkk (1993) adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Tujuan Pembelian
Kemampuan konsumen didalam memilih dan
menyesuaikan dengan apa yang diinginkan kemudian ditetapkan sebagai alternatif
pilihan
b. Seleksi Pilihan Alternatif
Kemampuan konsumen didalam mengevaluasi
berbagai macam alternatif pilihan produk/merek kemudian menetapkan sebagai
pilihan keputusan pembelian.
4.
Keputusan Pembelian
Dimensi yang digunakan dan disesuaikan
dengan penelitian ini menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007) adalah
Pilihan Produk.
Pilihan produk dalam penelitian ini adalah Kemampuan konsumen didalam
menentukan apa yang akan dibeli dan bagaimana memutuskan pembelian akan suatu
produk yang dipilih.
3. Periklanan
3.1 Pengertian Iklan
Advertising merupakan kegiatan komunikasi pemasaran
yang menggunakan media massa dalam proses penyampaian pesannya. Griffin dan Ebert (dalam
Soemanagara, 2008:49) menyebutkan bahwa ”Advertising
is paid nonpersonal communication used by an identified sponsor to inform an
audience about product”. Penyampaian informasi oleh pemasang iklan
berhubungan dengan penyewaan ruang di sebuah media massa dengan menggunakan
komunikasi non personal (Soemanagara, 2008:49).
Iklan atau advertising
dapat didefinisikan sebagai “any paid
form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or
idea by an identified sponsor”. (setiap bentuk komunikasi nonpersonal
mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang dibayar oleh sponsor
yang diketahui). Adapun maksud “dibayar” pada definisi tersebut menunjukkan
fakta bahwa ruang dan waktu bagi suatu pesan iklan umumnya harus dibeli. Maksud
kata “nonpersonal” berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio,
majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok
individu pada saat bersamaan. Dengan demikian sifat nonpersonal iklan berarti
pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang
segera dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct response advertising). Karena itu, sebelum pesan iklan
dikirimkan, pemasang iklan harus betul-betul mempertimbangkan bagaimana audiens
akan menginterpretasikan dan memberikan respon terhadap pesan iklan dimaksud
(Ralph S. Alexander dalam Morissan, 2007:14).
Selain itu, terdapat definisi
lain mengenai pengertian iklan. ”Iklan adalah segala bentuk presentasi
non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang
harus dibayar” (Kotler, 2003:277).
Dari ketiga definisi di atas,
maka disimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi non personal
mengenai suatu organisasi, gagasan, barang, dan jasa oleh sponsor tertentu yang
harus dibayar.
3.2 Tujuan Periklanan
Menurut Phil Astrid S. Susanto (dalam Soemanagara,
2008:49) mengatakan bahwa tujuan utama dari kegiatan periklanan adalah:
a. Menyadarkan komunikan dan memberikan
informasi tentang sebuah barang, jasa, atau gagasan.
b. Menumbuhkan dalam diri komunikan suatu
perasaan suka akan barang, jasa, ataupun ide yang disajikan dengan memberikan
persepsi kepadanya.
c. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang
apa yang dianjurkan dalam iklan dan karenanya menggerakkannya untuk berusaha
memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan.
Morissan
(2007:15) menjelaskan jika suatu perusahaan beriklan dengan tujuan untuk
mendapatkan respon atau aksi segera melalui iklan media massa. Perusahaan lain
mungkin bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran atau ingin membentuk
suatu citra positif dalam jangka panjang bagi barang atau jasa yang dihasilkan.
Sedangkan
Kotler (2003:278) mengemukakan jika tujuan iklan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Iklan informatif dimaksudkan
untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru
produk yang sudah ada.
b. Iklan persuasif dimaksudkan untuk
menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau
jasa.
c. Iklan pengingat dimaksudkan untuk
merangsang pembelian produk dan jasa kembali.
d. Iklan penguatan dimaksudkan untuk
meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat.
Shimp
(2000:357-361) juga menjelaskan bahwa fungsi komunikasi yang penting bagi
perusahaan bisnis dan organisasi lainnya:
a. Informing (memberi informasi)
Periklanan membuat konsumen sadar (aware)
akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat
merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
b. Persuading (mempersuasi)
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk
mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk
mempengaruhi permintaan primer yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan
kategori produk. Lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan
sekunder, permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.
c. Reminding (mengingatkan)
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para
konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk yang diiklankan,
dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di
benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli.
d. Adding
value (memberikan nilai
tambah)
Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberi nilai tambah
bagi penawaran-penawaran mereka: inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah
persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai-tambah tersebut benar-benar
independen.
e. Assisting (mendampingi upaya-upaya lain dari
perusahaan)
Periklanan hanyalah salah satu anggota atau alat dari tim atau bauran
komunikasi pemasaran. Periklanan pada suatu saat adalah pencetak skor yang
berhasil mencetak gol melalui dirinya sendiri. Pada saat-saat lainnya, peran
utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain
dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.
Dari beberapa
teori yang dikemukakan di atas, maka disimpulkan bahwa tujuan periklanan
terdiri dari informatif, persuasif, mengingatkan, memperkuat, memberikan nilai
tambah, dan mendampingi upaya-upaya lain
dari perusahaan atas suatu produk tertentu.
3.3 Media Periklanan
Menurut Morissan (2007:183-246) media iklan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga media yaitu:
a. Media penyiaran
Iklan dapat disampaikan melalui media penyiaran dengan menggunakan televisi
dan radio. Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media ini
menyajikan banyak program populer yang disukai banyak orang. Setelah televisi,
radio juga menjadi media yang penting. Radio telah menjadi bagian integral
dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang bergantung pada radio untuk
mendapatkan informasi dan hiburan khususnya mereka yang sedang berkendara di
jalan raya.
b. Media cetak
Majalah dan surat kabar telah menjadi media untuk beriklan selama lebih
dari dua abad. Selama bertahun-tahun, pada awal kelahirannya, kedua media
tersebut bahkan menjadi satu-satunya media massa yang tersedia bagi para
pemasang iklan. Seiring dengan pertumbuhan media penyiaran, khususnya televisi,
kebiasaan membaca media cetak menurun.
c. Media internet
Internet didefinisikan sebagai: a
worldwide means of exchanging information and communicating through a series of
interconnected computers (suatu metode yang mendunia untuk saling tukar
menukar informasi dan berkomunikasi melalui komputer yang saling berkoneksi). Dewasa ini siapa saja yang memiliki komputer
dan modern dapat mengakses internet dan menjadi bagian dari jaringan komunikasi
dunia. Salah satu komponen internet yang paling populer adalah World Wide Web (www) yaitu suatu halaman
di internet yang dapat menampilkan teks, suara, grafik, foto, dan video yang
menjadi instrumen komersial di internet.
Menurut
Kotler (2003:289), media utama yang dapat dijadikan media iklan antara lain
koran, televisi, surat langsung (direct-mail),
radio, majalah, reklame luar ruang, yellow
pages, berita berkala, brosur, telepon, dan internet. Selain itu ada
pendapat lain mengenai beberapa media iklan. ”Jenis media iklan terdiri atas
televisi, radio, surat kabar, majalah, brosur/folder, banner, poster, billboard/neon box” (Soemanagara,
2008:91-92).
Sedangkan
menurut Shimp (2000:513-546), media yang dapat digunakan untuk periklanan
antara lain:
a. Surat
kabar
Surat kabar secara historis merupakan media periklanan terdepan, tetapi
belakangan ini televisi mengungguli surat kabar sebagai media yang menerima
jumlah pengeluaran periklanan terbesar. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
jumlah pembaca surat kabar berada pada siklus penurunan yang konstan selama
beberapa tahun.
b. Majalah
Meskipun majalah dianggap sebagai media massa, tercatat ada ratusan majalah
khusus (special interest magazines),
yang masing-masing ditujukan untuk khalayak yang memiliki perhatian dan gaya
hidup khusus.
c. Radio
Radio merupakan medium yang ada di mana-mana. Meskipun radio selalu
merupakan favorit para pengiklan lokal, baru belakangan ini para pengiklan
regional dan nasional mulai memahami manfaat radio sebagai media periklanan.
d. Televisi
Televisi secara praktis ada di mana-mana. Sebagai media periklanan,
keunikan televisi adalah sangat personal dan demonstratif, tetapi juga mahal
dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan (clutter) dalam persaingan. Para konsumen menganggap televisi
sebagai media yang paling kacau (clutter)
dari semua media iklan.
e. Media
periklanan interaktif
Media periklanan interaktif terdiri dari CD-ROM, alam maya (virtual reality), internet, dan
nomor-nomor telepon bebas pulsa yang interaktif.
f. Media periklanan
alternatif
Setiap ruang merupakan media yang potensial untuk iklan seorang pemasar.
Media periklanan alternatif terdiri dari yellow
pages, video, penayangan produk di bioskop, dan gabungan dari beberapa
media alternatif tersebut.
Dari beberapa
teori tentang media periklanan di atas disimpulkan bahwa media iklan terdiri
dari media cetak (majalah dan surat kabar), media penyiaran (televisi dan
radio), media interaktif (CD-ROM, alam maya/virtual
reality, internet, dan nomor-nomor telepon bebas pulsa yang interaktif) dan
media alternatif (brosur/folder, banner, poster, billboard/neon box, surat langsung/direct-mail, reklame luar ruang, yellow pages, berita berkala, video, penayangan produk di bioskop,
dan gabungan dari beberapa media alternatif tersebut).
4. Televisi
4.1 Televisi sebagai Media Iklan
Menurut
Morissan (2007:183), belanja iklan di Indonesia pada tahun 2005 tercatat
sebesar sekitar Rp. 23 triliun rupiah dan televisi mendominasi 70 persen dari
nilai belanja iklan tersebut. Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar
karena media ini menyajikan banyak program populer yang disukai banyak orang.
Audien dapat menghabiskan waktu beberapa jam dalam sehari untuk menonton
televisi. Media ini juga menjadi sumber informasi dan hiburan utama masyarakat.
Kekuatan iklan televisi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
jenis media lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas dan
fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, serta waktu tertentu.
Sedangkan kelemahan iklan televisi terdiri atas biaya mahal, informasi
terbatas, selektivitas terbatas, penghindaran audiens, dan tempat terbatas
(Morissan, 2007:187-191).
Sumarwan
(2004:184-185) juga berpendapat jika televisi telah menjadi medium yang sangat
banyak menciptakan budaya populer. Televisi adalah medium iklan yang banyak
digunakan oleh para produsen, karena jangkauannya yang luas dan kemampuan audio
dan visualnya dalam menyampaikan iklan. Televisi adalah medium untuk
menyampaikan banyak hal kepada masyarakat: sosial, politik, olahraga, beragam
berita, dan iklan komersial.
Pendapat lain dikemukakan oleh Soemanagara (2008:91) jika media televisi
memiliki kekuatan jangkauannya yang luas, efek suara dan gambar (gambar
bergerak), dan daya rangsang yang sangat tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah
dapat dilihat dan didengar kembali apabila ada pengulangan siaran dan sewa space yang mahal.
Menurut Shimp (2000:530-535), terdapat dua aspek khusus periklanan televisi
yaitu:
a. Segmen pemrograman yang berbeda;
atau apa yang disebut bagian hari (day
part)
Biaya periklanan, karakteristik khalayak, dan kesesuaian pemrograman,
sangat bervariasi pada jam-jam tertentu di suatu hari dan hari-hari tertentu di
suatu minggu.
1. Waktu
utama (Prime time)
Periode antara jam 20:00 dan 23:00 (atau antara jam 19:00 dan 22:00)
dikenal sebagai prime time. Program
yang terbaik dan termahal ditayangkan selama periode ini. Penonton paling
banyak ada selama prime time, dan
jaringan-jaringan TV akan mengenakan harga tertinggi untuk periklanan di prime time.
2. Siang
hari (Day time)
Periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi hari (subuh)
berlangsung sampai 16:30 dikenal sebagai siang hari (day time). Day time
diawali dengan program-program berita untuk orang dewasa, kemudian dilanjutkan
dengan program-program khusus yang didesain untuk anak-anak. Program di sore
hari, dengan tekanan khusus pada opera sabun, talk show, dan berita keuangan ditujukan pada orang-orang yang
bekerja di rumah, pensiunan, dan menurut desas-desus, juga para mahasiswa yang
tinggal di asrama-asrama.
3. Waktu
tambahan (Fringe Times)
Masa sebelum dan sesudah waktu utama disebut sebagai fringe time. Awal fringe time
dimulai pada sore hari dan khususnya ditujukan kepada anak-anak tetapi
menjadi lebih berorientasi kepada orang dewasa bilamana waktu utama mendekat.
Waktu tambahan di larut malam ditujukan untuk para dewasa muda.
b. Outlet
alternatif untuk iklan di televisi (jaringan, spot, syndicated, kabel, dan lokal)
1. Periklanan televisi jaringan
Perusahaan-perusahaan yang memasarkan produknya secara nasional seringkali
menggunakan televisi jaringan untuk menjangkau para pelanggan potensial di
seluruh negeri.
2. Periklanan melalui televisi
spot
Periklanan melalui televisi spot sangat baik bila suatu perusahaan
mengeluarkan merek sesuai pasar-pasar mereka sebelum mencapai distribusi
nasional; bila seorang pemasar perlu berkonsentrasi pada pasar-pasar tertentu
karena kinerjanya kurang baik di pasar-pasar tertentu atau ingin melakukan
usaha bersaing yang agresif; atau bila distribusi produk perusahaan terbatas
pada satu atau beberapa daerah geografis.
3. Periklanan melalui televisi
sindikat (syndicated advertising)
Program-program yang disindikasi
merupakan produksi asli atau tayangan yang pertama kali muncul di televisi
jaringan.
4. Periklanan melalui televisi
kabel
Berbeda dari televisi jaringan, yang gratis bagi pemilik pesawat televisi,
televisi kabel menuntut para pemakai untuk berlangganan (membayar biaya) kepada
pemberi jasa layanan kabel dan membiarkan pesawat mereka dipasangi kabel khusus
agar dapat menangkap sinyal-sinyal melalui satelit atau dengan cara lainnya.
5. Periklanan melalui televisi
lokal
Periklanan melalui televisi secara historis didominasi oleh pengiklan
nasional, tetapi para pengiklan lokal juga mulai berbondong-bondong beralih ke
periklanan melalui televisi.
Shimp
(2000:535) juga mengemukakan kekuatan dan keterbatasan iklan televisi sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Periklanan Televisi Kekuatan dan
Keterbatasannya
Kekuatan
|
Keterbatasan
|
Mendemonstrasikan penggunaan produk
|
Biaya periklanan yang meningkat dengan cepat
|
Muncul tanpa diharapkan
Mampu memberikan kegembiraan
|
Erosi penonton televisi
|
Dapat menggunakan humor
|
Fraksionalisasi penonton
|
Efektif dengan tenaga penjualan perusahaan dan perdagangan
|
Zipping dan zapping
|
Kemampuan mencapai dampak yang diinginkan
|
Clutter
|
Sumber: Shimp (2000:535)
Dari beberapa
teori yang dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa iklan di televisi sangat
diminati oleh para pemasar mengingat keunggulannya dibandingkan dengan media
lainnya seperti daya jangkau luas, selektivitas dan fleksibilitas, fokus
perhatian, kreativitas dan efek, dan daya rangsang yang tinggi. Tetapi iklan
televisi juga memiliki kelemahan seperti biaya iklan mahal dan beberapa
perilaku konsumen yang menghindari iklan ketika melihat televisi. Tetapi iklan
televisi tetap diminati. Hal ini terbukti jika televisi mendominasi 70 persen
dari nilai belanja iklan tahun 2005.
4.2 Daya Tarik Periklanan Televisi
Soemanagara (2008:117-123), iklan yang menarik memiliki unsur-unsur
berikut:
a. Sound efek dan visual efek
Intensitas sebuah iklan atau promosi ditentukan oleh kemampuan iklan dalam
menggaet respon konsumen, efek visual yang kuat, kejelasan isi pesan, kejelasan
isi gambar, emosi, dan kredibilitas (kepercayaan) dari produk atau produsen.
b. Seksualitas terhadap daya tarik
iklan
Seksualitas dalam iklan baik iklan di media elektronik dan media cetak
mampu memberikan rangsangan yang tinggi dalam meraih perhatian audience. Suara desahan pada sebuah
siaran radio mampu meningkatkan rangsangan pada pendengar pria, dan suara khas
yang berwibawa dari penyiar pria mampu membangkitkan daya rangsang yang kuat
bagi pendengar wanita.
c. Maskot, figur profesi, dan
penampilan tokoh masyarakat
Maskot merupakan simbolisasi terhadap sesuatu yang mampu merepresentatifkan
suatu keinginan, hasrat, atau kebutuhan, dapat dengan mudah mengaktifkan
rangsangan kepada audience agar dapat
menyimpulkan arti dari simbolisasi secara sederhana atau umum. Demikian pula,
simbol sebagai inti dari pesan bisa dapat disampaikan dalam bentuk gambar atau
dengan kata.
d. Humor dalam advertising
Unsur humor merupakan daya tarik khusus yang akhir-akhir ini banyak
digunakan oleh pembuat iklan. Penyisipan humor dalam iklan telah banyak menarik
minat audience. Seperti disebutkan
dalam penelitian yang dilakukan oleh AC. Nielson bahwa kategori iklan humor
meraih peluang tinggi (43%) menyebabkan iklan tersebut disukai pemirsa.
e. Simbolisasi warna dalam visual
komunikasi
Dalam beberapa kasus, sebuah produk atau brand diasosiasikan ke dalam warna spesifik dalam kerangka konotasi
kesukaan individu/pribadi. Setiap warna yang diasosiasikan mewakili
pengertian-pengertian tertentu. Warna dan pengertian ini memiliki beberapa
perbedaan antara satu budaya atau masyarakat dengan yang lainnya.
Sedangkan Shimp (2000:460-487) mengemukakan jika daya pikat pesan dalam
periklanan terdiri dari:
a. Para selebriti pendukung
Para pengiklan dan biro-biro periklanan bersedia membayar harga yang tinggi
kepada kaum selebriti tersebut yang disukai dan dihormati oleh khalayak yang
menjadi sasaran dan diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen
yang baik terhadap produk yang didukung. Untuk sebagian besar, investasi
demikian dibenarkan.
b. Peran humor dalam periklanan
Para pengiklan juga beralih menggunakan humor dengan harapan akan bisa
mencapai beberapa tujuan komunikasi-untuk memperoleh perhatian, membimbing
pemahaman konsumen tentang pernyataan-pernyataan produk, mempengaruhi sikap,
meningkatkan reabilitas dari pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya
menciptakan tindakan pembelian oleh pelanggan.
c. Pemakaian daya tarik rasa takut
Logika yang mendasari penggunaan daya tarik rasa takut adalah untuk
melibatkan khalayak dengan pesan sehingga mendorong diterimanya argumen-argumen
pesan. Daya tarik dapat berbentuk celaan sosial atau bahaya fisik.
d. Pemakaian rasa bersalah sebagai
pemikat
Para pengiklan dan komunikator pemasaran lainnya menyajikan rasa bersalah
atau menyimpulkan bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan menggunakan produk
yang dipromosikan.
e. Pemakaian unsur seksual di dalam
periklanan
Daya tarik seksual mempunyai beberapa peran yang potensial. Pertama, materi
seksual dalam periklanan bertindak sebagai daya tarik untuk mengambil perhatian
yang juga mempertahankan perhatian tersebut untuk waktu yang lama. Peran
potensial kedua adalah untuk meningkatkan ingatan terhadap pesan. Peran ketiga
yang dijalankan oleh isi seksual dalam periklanan adalah untuk membangkitkan
tanggapan emosional seperti perasaan arousal
(merangsang) atau bahkan nafsu.
f. Fungsi musik di dalam periklanan
Banyak praktisi dan mahasiswa menganggap bahwa musik membentuk berbagai
fungsi komunikasi. Ini meliputi cara untuk menarik perhatian, menjadikan
konsumen berada dalam perasaan yang positif, membuat mereka lebih dapat
menerima pesan-pesan dalam iklan, dan bahkan mengkomunikasikan arti
produk-produk yang diiklankan.
Dari beberapa teori di atas, disimpulkan bahwa daya tarik periklanan
terdiri dari penggunaan selebriti, pemakaian humor, penampilan rasa takut dan
bersalah, seksualitas, musik (sound
efek), dan simbolisasi warna dalam visual komunikasi.
5. Para
Selebriti Pendukung Iklan
5.1 Penggunaan Selebriti sebagai Endorser
dalam Iklan di Televisi
Dunia entertainment (hiburan) banyak
diramaikan dengan bermunculnya selebriti. ”Selebriti merupakan bintang film,
tokoh TV, penghibur yang populer, tokoh olah raga” (Schiffman dan Kanuk
2000:300).
Sumarwan (2004:258) juga
menjelaskan bahwa kelompok selebriti adalah para artis film, sinetron,
penyanyi, musisi, pelawak, dan semua orang-orang yang terkenal yang bergerak di
bidang hiburan. Para selebriti bisa juga para pemain olah raga yang terkenal,
tokoh politik, para pejabat pemerintah, para pakar pengamat ekonomi, sosial dan
politik.
Menurut Shimp (2000:460)
mendefinisikan selebriti sebagai tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang
dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari
golongan produk yang didukung.
Menurut Stout dan Moon (dalam Daneshvary dan Schwer, 2000), endorser produk atau merek merupakan
beberapa bentuk termasuk orang-orang yang dikenal, perusahaan atau organisasi
dan animasi kartun untuk mendukung produk. Selain pendapat tersebut, terdapat
pengertian lain mengenai endorser. ”Endorsement adalah dukungan eksplisit
dari berbagai tokoh umum yang populer atas produk-produk dalam banyak iklan”
(Shimp, 2000:459). Sedangkan menurut Royan (2004:12), ”Endorser
merupakan juru bicara merek agar cepat melekat di benak konsumen (awareness) sehingga konsumen mau membeli
merek tersebut”.
Schiffman dan Kanuk (2000:300) berpendapat jika sebuah perusahaan yang
memutuskan menggunakan selebriti untuk mempromosikan produk dan jasanya
mempunyai pilihan dengan menggunakan selebriti untuk memberikan pernyataan,
atau dukungan, sebagai seorang aktor dalam iklan, atau sebagai juru bicara.
Sedangkan Shimp (2000:460) juga mengemukakan jika para bintang televisi, aktor
film, para atlet terkenal, dan pribadi-pribadi yang telah mati digunakan secara
luas di dalam iklan.
Dari beberapa teori di atas disimpulkan bahwa penggunaan selebriti sebagai endorser dalam iklan di televisi
memiliki makna tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat
karena prestasinya di dalam bidang yang berbeda dan digunakan secara luas dalam
iklan di televisi untuk mendukung suatu produk.
5.2 Pertimbangan Pemilihan Selebriti
Dalam model
yang telah dikembangkan oleh Rossiter dan Percy (dalam Royan, 2004:15-19),
karakter selebritis akan disesuaikan dengan Communication
objective yang hendak dicapai dengan menggunakan model VisCAP. VisCAP itu
sendiri terdiri dari 4 unsur yaitu:
a. Visibility
Visibility memiliki dimensi seberapa jauh popularitas
selebriti. Jika popularitas yang digunakan sebagai acuan maka nantinya akan
menimbulkan masalah, terutama bagi selebriti yang menjadi endorser banyak produk
b. Credibility
Sementara itu yang menyangkut kredibilitas sang bintang lebih banyak
berhubungan dengan dua hal, yaitu keahlian dan objektivitas. Keahlian ini akan
bersangkut paut pada pengetahuan selebriti tentang produk yang diiklankan dan
objektivitas merujuk pada kemampuan selebriti untuk memberi keyakinan atau
percaya diri pada konsumen suatu produk.
c. Attraction
Ada dua hal
penting dalam menggunakan selebriti jika dihubungkan dengan daya tarik, pertama
adalah tingkat disukai audience (likebility) dan tingkat kesamaan dengan personality yang diinginkan oleh
pengguna produk (similitary), di mana
keduanya tidak dapat dipisahkan dan harus saling berdampingan.
d. Power
Unsur
terakhir dari model tersebut menginformasikan bahwa selebriti yang digunakan
dalam iklan harus memiliki kekuatan untuk ”memerintahkan” target audience untuk membeli.
Menurut Shimp
(2000:463-466) menjelaskan bahwa suatu survei para eksekutif periklanan
menjelaskan tentang faktor-faktor yang mereka pertimbangkan ketika mengambil
keputusan seleksi selebriti mereka. Menurut urutan tingkat kepentingannya,
pertimbangannya adalah:
a. Kredibilitas selebriti
Dapat
dipercaya dan keahlian seorang selebriti (secara bersama-sama disebut
kredibilitas) merupakan alasan utama untuk memilih selebriti sebagai pendukung
periklanan. Orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan tentang
isu tertentu, seperti keandalan merek, akan menjadi orang yang paling mampu
meyakinkan orang lain untuk mengambil suatu tindakan.
b. Kecocokan selebriti dengan khalayak
Kepribadian
dan proses penyampaian pesan oleh selebriti di hadapan penonton yang khusus
menyaksikan acara tersebut harus sesuai dengan khalayak.
c. Kecocokan selebriti dengan
merek
Para eksekutif periklanan menuntut agar citra selebriti, nilai dan
perilakunya sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan.
d. Daya
tarik selebriti
Di dalam
memilih selebriti sebagai pembicara, para eksekutif periklanan mengevaluasi
aspek yang berbeda yang dapat disatukan di bawah sebutan umum ”daya tarik”.
Daya tarik meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan pekerjaan sebagai
beberapa dari dimensi penting dari konsep daya tarik. Tetapi, tentu saja daya
tarik saja tidaklah sepenting kredibilitas dan kecocokan dengan khalayak atau
merek. Daya tarik menyenangkan tidak dipergunakan dalam penelitian ini
dikarenakan konsumen tidak berinteraksi langsung dengan endorser sehingga konsumen tidak mengetahui apakah endorser tersebut menyenangkan atau
tidak.
e. Pertimbangan lainnya
Akhirnya
dalam memilih selebriti, para eksekutif periklanan mempertimbangkan
faktor-faktor tambahan seperti:
a. Biaya untuk memperoleh layanan dari
selebriti
b. Besar kecilnya kemungkinan bahwa selebriti
akan berada dalam masalah setelah dukungan yang dilakukan
c. Sulit atau mudahnya ia akan bekerja sama
d. Berapa banyak merek-merek lainnya yang
sedang didukung selebriti. Bila seorang selebriti diekspos secara berlebihan
yaitu mendukung terlalu banyak produk, kredibilitas dan kesukaan orang padanya
dapat berkurang.
Adapun indikator
penggunaan selebriti sebagai endorser
dalam iklan di televisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kredibilitas
selebriti, kecocokan selebriti dengan khalayak, kecocokan selebriti dengan
merek dan daya tarik selebriti. Sedangkan indikator yang kelima yaitu
pertimbangan lainnya tidak dipergunakan karena pertimbangan-pertimbangan
lainnya tersebut adalah kebijakan intern perusahaan, sehingga indikator
tersebut tidak dipergunakan mengingat penelitian ini dilakukan pada konsumen.
Model VisCAP tidak dipergunakan oleh peneliti dikarenakan model yang
dikemukakan Shimp sudah mencakup semua dimensi model VisCAP.
6. Hubungan antara Penggunaan Selebriti sebagai Endorser Iklan di Televisi dengan Keputusan pembelian
Iklan yang dikelola dengan baik akan
mendukung kelancaran usaha perusahaan dan dapat menjamin kelangsungan hidup
perusahaan agar tetap survive. Oleh karana itu harus benar-benar
mempunyai fungsi memperkenalkan produk kepada konsumen dengan tujuan agar
konsumen tertarik, berfikir kemudian bertindak atau melakukan pembelian. Cara
yang biasa ditempuh adalah dengan memanfaatkan keberadaan model iklan yaitu
orang atau karakter yang muncul dalam iklan untuk mengkomunikasikan produk
perusahaan baik itu selebritis, tokoh masyarakat, public figure lain
atau bahkan orang biasa yang dapat mempengaruhi pikiran konsumen sebagai
preferensi dalam melakukan keputusan pembelian. (Engel, Black Well dan Miniard,
1994: 546)
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian
yang relevan ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penulis untuk mendukung
penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun penelitian yang relevan dapat
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Penelitian yang
Relevan
No
|
Judul Jurnal/Peneliti
|
Variabel Penelitian
|
Alat Analisis
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
||
1
|
The association endorsement and
consumers' purchase Decicion
Peneliti: Rennae Daneshvary, University
of Nevada, Las Vegas, USA dan R. Keith Schwer, University of Nevada, Las
Vegas, USA (2007)
|
Variabel independen (X):
Endorser produk atau merek
Variabel dependennya (Y) adalah keputusan pembelian
|
|
Endorser dari suatu produk atau merek
(salah satunya penggunaan selebriti) berpengaruh signifikan pada keputusan konsumen suatu produk.
|
Variabel
independennya adalah endorser
produk/merek yang salah satunya adalah penggunaan selebritis.
Variabel dependennya adalah keputusan pembelian konsumen.
|
Endorser yang
dipergunakan dalam penelitian ini tidak hanya selebritis saja, tetapi iklan
sponsorship, tipikal konsumen, dan karakter kartun. Lokasi penelitian, populasi, sampel yang diambil, dan produk yang diteliti juga berbeda.
|
||
2
|
Analisis Pengaruh Karakteristik Selebritas sebagai Model Iklan (Celebrity Endorser) terhadap keputusan pembelian.
Peneliti: Nurul Irna Mucharomawati Universitas Muhammadiyah Surakarta
(2009)
|
Variabel independen (X):
celebrity endorser
Variabel dependennya (Y) adalah keputusan pembelian
|
|
Terdapat pengaruh yang signifikan antara
karakteristik selebritas dengan keputusan pembelian.
|
Variabel independennya celebrity endorser
Variabel dependennya adalah keputusan pembelian
|
Indikator yang dipakai pada variabel
independennya yaitu karakteristik selebriti yang terdiri dari attractiveness, trusthworthiness, dan expertise. Lokasi penelitian,
populasi, sampel yang diambil, serta produk yang diteliti
|
C. Kerangka Berfikir
Kerangka
berfikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar berikut.
Gambar 2.6 Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan
fenomena dan teori yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
- Diduga H1 diterima dan H0 ditolak, dimana ada pengaruh penggunaan Bunga Citra Lestari dan Asraf Sinclar sebagai bintang iklan televisi sepeda motor Honda Spacy terhadap keputusan pembelian konsumen (Study pada dealer resmi Cahaya Bonanza Abadi Lamongan).
- Diduga daya tarik selebriti mempunyai pengaruh paling dominan mempengarui keputusan pembelian konsumen di Dealer Cahaya Bonanza Abadi Lamongan.
Hai kak, tulisannya keren dan lengkap juga.
BalasHapusBoleh ga minta referensi buku yang dipakai? soalnya lagi cari untuk daftar pustaka.
Thanks,
Agen vimax
BalasHapuska minta daftar pustaka nya dong
BalasHapusKa..
BalasHapusMinta Daftar Pustakanya dong..!!
Thank you,,
Kak minta referensi buku selebriti endorser dong ??
BalasHapusPlease answer my question .😢